lomba-lomba mengembangkan konsep terbaik bagi SMARTPHONE. Kali ini CHIP menunjukkan sistem operasi mana yang memiliki masa depan paling baik.
IPhone memang sebuah revolusi! Tidak ada produsen lain yang dapat melempar sebuah perangkat sederhana ke pasaran yang pengoperasiannya cukup disentuh dengan jari. Namun, bagaimana kondisinya sekarang? Apakah iPhone OS masih menjadi barometer?
CHIP telah melihat dari dekat generasi ponsel teranyar dan membandingkannya dengan mobile phone kelas atas yang menawarkan touchscreen, baik untuk kelas consumer maupun untuk kelas business. Perangkat kelas business seperti Blackberry memang tidak diikutsertakan karena tidak dalam cakupan perbandingan ini. Kami ingin mengetahui sistem operasi yang terbaik untuk perangkat digital mobile.
Pengoperasian: sentuhan khusus
Semua sistem operasi memang menawarkan konfigurasi awal yang mudah. Dengan adanya pengenalan singkat, beberapa tips, setting individual, perangkat pun segera siap digu nakan. Namun, tiap sistem operasi sistem memiliki keterbatasan. iPhone hanya dapat diaktifkan melalui komputer dengan iTunes, dan Android membutuhkan Google Account untuk dapat mengakses semua fungsi. Bila memilih webOS pada Palm Pre, masalah yang dihadapi sedikit berbeda. Tanpa Internet, perangkat ini tidak dapat digunakan, karena membutuhkan koneksi Internet secara permanen – kecuali saat dimatikan.
Kesimpulan
iPhone OS tetap tidak tergoyahkan. Secara keseluruhan, pertimbangan konsepnya sudah matang. Sistem berjalan mulus dan pengoperasiannya sangat mudah, cukup dilakukan dengan jari. Hanya saja, sistem proteksinya sedikit mengurangi kelebihannya. Rival terbe sarnya adalah Android yang telah berkembang menjadi sebuah sistem yang sangat baik selama satu tahun ini. Sayangnya, penawaran dari produsen masih terlalu sedikit. Sebaliknya, Windows Mobile makin ketinggalan. Sistem ini memang menawarkan beragam fungsi, tetapi pengoperasiannya tidak begitu mulus.
Namun, tidak hanya webOS, Android juga merupakan sistem operasi berbasis Internet. Oleh sebab itu, tidak ada software dan data yang tersimpan di lokal. Pada Android, link defaultnya terhubung dengan account Google. Namun, pengguna dapat memasukkan kontak, data kalender, dan agenda langsung ke Google atau melakukan sinkronisasi account, misalnya de ngan Microsoft Outlook. Selanjutnya, semua entri tersebut akan tersimpan pada ponsel. Palm webOS juga memiliki fungsi yang sama, ditambah dengan dukungan terhadap Microsoft Exchange Active Sync. Kelebihan webOS lainnya adalah bila pengguna menyimpan kontaknya pada beberapa web service, seperti Goolge dan Facebook, Palm-System secara otomatis dapat mengambil data-data tersebut. Sebaliknya, iPhone OS menawarkan sebuah sinkronisasi lokal, tetapi hanya melalui software iTunes dan sinkronisasi tersebut hanya dapat dilakukan dari PC ke smartphone. Selain itu, pengguna dapat melakukan sinkronisasi online melalui Apple “Mobile-Me” (sekitar US$ 110/tahun) atau melalui Exchange Active Sync.
Setelah dikonfigurasi sedemikian rupa, perangkat harus menunjukkan sebaik apa pengoperasiannya. Di sini, iPhone memiliki keunggulan. Semuanya berfungsi konsisten. Sistem berjalan cepat dan stabil. iPhone memberikan respon cepat tanpa jeda terhadap input. Semua tombol berukuran besar dan mudah di sentuh dengan jari. Feature multitouch mempermudah penggunaannya, terutama saat berselancar. Di sini, pengguna dapat memperbesar, memperkecil, dan menggeser konten hanya dengan menggerakkan jari.
Kekurangannya hanya pada home screen. Secara otomatis, sistem hanya memperbolehkan 16 icon per halaman menu. Bila pengguna meng-install program baru, sistem akan membuat sebuah home screen baru. Bila Anda sering menggunakan App Store, tampilannya akan cepat berubah karena tidak ada pengkategorian software pada iPhone OS, demikian juga dengan widget. Hanya Android yang menawarkan keduanya.
Pada sistem operasi Google, contohnya, semua system tools digabung dalam sebuah folder. Berkat adanya widget, pengguna dapat membaca e-mail, feed Twitter, dan Facebook notification lang sung pada home screen; membuat catat an; atau mengontrol multimedia player. Namun, semakin banyak aplikasi disimpan pada interface-nya, semakin lambat kinerja sistem. Saat diuji, CHIP memang tidak merasakan delay yang berarti. Namun, sedikit kelambatan dan start awal yang berat cukup mengganggu kenyamanan pada perangkat layar sentuh.
INFO
Maemo: Bintang Baru dari Nokia
Maemo: Bintang Baru dari Nokia
Sebelumnya, Maemo, sistem Linux yang diperkenalkan sejak 2005 lalu, lebih dikembangkan untuk Internet Tablet dan perangkat lain yang tidak dilengkapi dengan mobile network. Namun, dengan N900, Nokia berambisi untuk meluncurkan sistemnya dengan versi 5 ke pasar smartphone. Software-nya sendiri memang menjanjikan. N900 dilengkapi dengan semua program penting, seperti untuk e-mail, browsing, dan tugas kantor. Seperti halnya Android, Maemo juga menawarkan duku ngan untuk meletakkan widget pada Homescreen. Pendukung sistem Linux ini pun sudah tersedia dan akan terus diperluas. Di masa mendatang, Maemo pun masih memberikan harapan besar. Menurut Nokia, sistem ini dapat di-install pada perangkat high-end. Sebaliknya, Symbian hanya terus dikembangkan untuk ponsel-ponsel ekonomis.
Setting individual Android dapat menyimpan widget dan user interface individual.
Palm webOS hampir meniru total konsep iPhone. Ada sedikit perbedaan, yaitu program layer-nya harus dipanggil terlebih dahulu. Home screen hanya untuk aplikasi yang sedang berjalan. Pengguna harus menyeret (drag) program dengan jari ke sudut atas layar untuk menyimpannya sebagai thumbnail. Fungsi multitasking memang membuat webOS lebih baik dibandingkan rival-rivalnya. Tidak ada platform lain yang menawarkan kemudahan dalam berpindah-pindah dari satu tools ke tools lain, terutama bila dibandingkan iPhone OS, yang tidak dilengkapi dengan multitasking.
Namun, webOS terlihat “keletihan” ketika lima sampai enam aplikasi terbuka dan semua input hanya diproses setelah jeda beberapa waktu, terutama pada saat scrolling dan saat gesture multitouch tidak dikenal. Bahkan, saat tidak ada program yang berjalan di background, reaksinya pun masih terlalu lambat. Saat CHIP uji, dua kali crash terjadi pada webOS. Pengoperasian memang baik, tetapi Palm harus terus me nyempurnakannya agar dapat mengimbangi stabilitas dan performa dari Android dan iPhone OS.
Memang, Palm berani mengambil risiko dengan sebuah langkah baru dan tidak mau berurusan dengan sistem operasi yang sudah ada, seperti yang terjadi de ngan Symbian dan Windows Mobile. Pasalnya, kedua platform ini jelas-jelas bakal membuat frustasi pada smartphone dengan feature sentuh! Pengoperasian interface-nya jauh di belakang rivalnya. Sekilas, Windows Mobile 6.5 memang terlihat fi nger-friendly dengan tombol-tombol yang besar dan icon yang jelas. Microsoft memang menghilangkan drop-down-menu di bawah tombol “Start” dan menggantikannya dengan sebuah tampilan icon. Namun, Windows Mobile tidak mendukung lebih banyak home screen. Program-program baru praktis saling bertumpuk satu sama lain. Bila pengguna memiliki banyak aplikasi, scrolling pun menjadi lambat dan kurang nyaman. Selain itu, sistem terkadang ketinggalan dengan input pengguna sehingga bukannya bernavigasi, secara tidak disengaja pengguna malah membuka sebuah program. Di sinilah terlihat kekurangannya. Icon besar menggeser tombol-tombol yang kecil, dan masih sulit untuk disentuh dengan jari. Menu-menu pun begitu bertumpuk, hanya mereka yang sudah terbiasa dengan Windows Mobile saja yang dapat menggunakannya. Untuk yang lainnya, sebaiknya membaca buku manual sebelum digunakan dan membiasakan diri dengan pengoperasian stylus, seperti yang disertakan pada Touch2 dari HTC.
Feature: klasik lebih baik
Walau merupakan perangkat layar sentuh, pengguna tetap dapat menggunakan stylus dengan beragam fungsi. Baik Symbian maupun Windows Mobile menawarkan aneka program untuk multimedia dan bisnis. Namun, ini tergantung tiap perangkatnya. Perangkat Symbian saja menawarkan beragam tipe, tergantung pada kelas harganya.
Microsoft memang unggul dengan paket software yang beragam, yaitu Mobile Office dan Mobile Outlook yang merupakan program bisnis andal untuk smartphone. Selain itu, terdapat online service MyPhone yang merupakan fungsi tambahan baru. Dengan fungsi ini, pengguna dapat mem-backup data dan mengembalikannya bila terjadi keadaan darurat (bila sudah melakukan registrasi). Alternatifnya, semua file dapat dibuka secara online dan berbagi konten tertentu dengan pengguna lain, misalnya foto. Pada setting standar, MyPhone akan mensinkronisasi contact, agenda, task, SMS, dan dokumen secara otomatis. Bahkan, pengguna dapat mem-backup konten multimedia. Sayangnya, kapasitas 200 MB yang ditawarkan tergolong kecil.
Bila dibandingkan dengan perlengkapan yang dimiliki Windows Mobile, iPhone tampak sedikit “kurus” dan terbatas. Memang, ponsel ini menawarkan fungsi multimedia yang mengesankan, tetapi dalam hal program Office, Windows Mobile masih juaranya. Dokumen dapat dibuka tanpa software tambahan, tetapi tidak untuk di-edit atau dokumen baru. Bila ingin memindahkan file ke iPhone, ada banyak masalah yang dihadapi. Memori sebesar 32 GB tidak dapat digunakan sebebas mungkin. Masalahnya, pengguna tidak dapat menghapus sendiri lagu yang tersimpan pada perangkat. Langkah ini hanya dapat dilakukan setelah melakukan sinkronisasi melalui iTunes. Repotnya, cara ini hanya dapat dilakukan pada komputer tertentu. Sebaliknya, Android sangat terbuka. Memang, fungsi dan Apps standar masih sedikit dan kebanyakan dari Google sendiri.
Bila dibandingkan dengan perlengkapan yang dimiliki Windows Mobile, iPhone tampak sedikit “kurus” dan terbatas. Memang, ponsel ini menawarkan fungsi multimedia yang mengesankan, tetapi dalam hal program Office, Windows Mobile masih juaranya. Dokumen dapat dibuka tanpa software tambahan, tetapi tidak untuk di-edit atau dokumen baru. Bila ingin memindahkan file ke iPhone, ada banyak masalah yang dihadapi. Memori sebesar 32 GB tidak dapat digunakan sebebas mungkin. Masalahnya, pengguna tidak dapat menghapus sendiri lagu yang tersimpan pada perangkat. Langkah ini hanya dapat dilakukan setelah melakukan sinkronisasi melalui iTunes. Repotnya, cara ini hanya dapat dilakukan pada komputer tertentu. Sebaliknya, Android sangat terbuka. Memang, fungsi dan Apps standar masih sedikit dan kebanyakan dari Google sendiri.
Nyaman berselancar iPhone menawarkan browser yang mudah dan cepat serta sebuah toko aplikasi yang lengkap.
Extension: kebebasan memilih
Untuk perluasan fungsi, Android menawarkan beragam tools. Kebanyakan tools ini dapat diperoleh gratis. Penawaran tersebut memang tidak sebanding de ngan App Store milik Apple. Memang ada banyak tools dari pihak ketiga, misalnya browser alternatif, multimedia player, kalender, file, dan task manager, emulator atau multi messenger, serta Augmented Reality Tools. Namun, memang cukup repot untuk meng uji satu per satu tools tersebut. Fungsi pencarian yang menjadi kekuatan Google di area Desktop ternyata sedikit melempem. Terkadang, program tidak dapat menemukan informasi yang diinginkan karena pengguna lupa menggunakan sebuah spasi. Selain itu, teks informasi terbatas dan screenshot aplikasi tidak tersedia. Apabila pengguna ingin membeli sebuah App, mau tidak mau ia harus mendaftarkan kartu kreditnya ke Google Checkout.
Memang, Apple App Store tidak terkalahkan. Pilihannya tidak saja beragam, mekanisme market juga lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Konsep inilah yang ingin ditiru oleh Palm dengan App Catalog dan Microsoft dengan Marketplace mereka. Perbedaannya, tidak ada penawaran software. Untuk platform Windows, memang tersedia ribuan program. Namun, penawarannya tidak terfokus pada satu titik di Internet. Dengan Marketplace yang baru, produsen ingin mengumpulkan sebuah aplikasi dalam satu atap, tetapi pembayarannya masih dilakukan secara manual. Penawaran tersebut pun tidak untuk coba-coba. Harga program umumnya sangat mahal. Sebuah RSS Reader saja ditawarkan seharga US$ 30, padahal program seperti ini tersedia gratis pada sistem operasi lain.
Microsoft menjanjikan penyempurnaan dengan versi Windows Mobile ke depan dan memulai momentumnya pada awal tahun ini. Sementara itu, Android telah melakukan beberapa penyempurnaan. Perangkat pertama dengan versi 2.0 telah beredar, Motorola Milestone. Paling tidak, ini akan sedikit menghambat lompatan Apple. Sebaliknya, Nokia melihat bahwa Symbian memang bukan masa depan perangkat high-end. Ke depannya mereka akan menggunakan platform Maemo.
SOURCE : CHIP.CO.ID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sehabis baca tinggalkan komentar ya,...( makasih )